Lupa-lupa Ingat karena Demensia

Gambar Ilustrasi


Seiring dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, penderita demensia pun ikut meningkat.

Penuaan secara normal mengakibatkan seseorang acap lupa akan perihal yang detail. Namun, yang perlu diwaspadai ialah ketika lupa, seseorang akan melupakan seluruh peristiwa yang baru saja dilakukan atau disebut demensia.

Suradi Harjosunarso, 72 tahun, sering kali lupa dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukannya. Terkadang pensiunan pegawai negeri sipil ini marah dengan orang di sekitarnya karena lupa menaruh suatu barang.

"Beberapa hari lalu, dompetnya hilang. Setelah dicari-cari, ternyata terselip di bawah bantal. Ia langsung menuduh saya mengambilnya, padahal ia yang lupa," ujar Suparyati, istri Suradi, beberapa waktu lalu.

Rupanya warga Jalan Siak No 8, Depok, Jawa Barat, ini sudah memahami betul tabiat suaminya yang semakin menua. Selama ini, ia menganggap kepikunan suaminya merupakan hal alamiah. Oleh karena itu, ia merasa tidak perlu mengantarkan suaminya untuk berobat. Toh, sebagian besar orang akan mengalaminya.

Daya ingat secara umum akan melemah seiring penambahan usia. Risiko kepikunan biasanya mulai menyerang seseorang di atas umur 60 tahun. Hal itu disebabkan perubahan di dalam otak sehingga menimbulkan hilangnya ingatan, terutama jangka pendek.

Penuaan secara normal mengakibatkan seseorang acap lupa akan perihal yang detail. Namun, yang perlu diwaspadai ialah ketika lupa, seseorang akan melupakan seluruh peristiwa yang baru saja dilakukan atau disebut demensia.

Demensia merupakan kumpulan gejala klinik lantaran pelbagai latar belakang penyakit. Tanda-tanda demensia di antaranya emosi labil, hilangnya memori jangka pendek, gangguan global fungsi mental, dan menurunnya kemampuan berpikir abstrak. Beberapa hal tersebut menyebabkan gangguan dalam pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial.

"Demensia terjadi karena otak mengalami gangguan serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat, defisiensi vitamin, gangguan metabolik, maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar penyebab ini ditemukan pada usia lanjut," ujar S Saunderajen, dokter spesialis saraf Rumah Sakit Meillia Cibubur, Depok, Jawa Barat, Kamis (6/12).

Peningkatan Jumlah Penderita

Masih kata Saunderajen, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, penderita demensia pun ikut meningkat. Tahun 2000, jumlah penduduk usia lanjut mencapai 7,28 persen. Jumlah tersebut akan terus meningkat. Tahun 2020, diproyeksikan jumlah lansia akan mencapai 11,34 persen.

Perlu diwaspadai, pertumbuhan penduduk akan disertai dengan peningkatan penyakit yang berhubungan dengan proses degeneratif, di antaranya demensia yang akan menjadi beban keluarga, masyarakat, dan negara.

"Proses penuaan otak abnormal merupakan proses degenerasi pada seluruh organ tubuh. Hal ini akan menimbulkan berbagai gangguan neuropsikologis dan demensia. Prevalensi demensia diperkirakan sekitar 15 persen pada penduduk berusia lebih dari 65 tahun," tambah dokter yang mengambil spesialis saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang ini.

Saunderajen menerangkan sekarang pengetahuan masyarakat tentang demensia masih sangat kurang. Demensia dianggap sebagai bagian dari proses penuaan yang wajar. Penderita baru dibawa berobat pada stadium lanjut, ketika sudah terjadi gangguan kognisi yang berat dan gangguan perilaku sehingga penatalaksanaannya tidak memberikan hasil memuaskan.

Dalam penanganannya, diagnosis demensia perlu ditangani secara dini dan dibedakan berdasarkan etilogi, usia awitan, dan gambaran klinisnya. "Penatalaksanaan pada stadium dini, baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis, dapat menyembuhkan atau memperlambat progresivitas penyakit sehingga penderita tetap memunyai kualitas hidup yang baik," pungkas dia.

Secara karakter, demensia terdiri dari dua tipe. Pertama reversible, terdiri dari demensia vaskuler, demensia akibat hidrosefalus, demensia akibat kelainan psikiatri, demensia akibat penyakit umum berat, demensia akibat intoksikasi, demensia akibat defisiensi vitamin B12, dan demensia akibat gangguan penyakit metabolik, misalnya hipertiroid.

Kedua irreversible, terdiri dari demensia alzheimer, demensia akibat infeksi (HIV), demensia akibat trauma kapitis, demensia akibat penyakit parkinson, demensia akibat penyakit hutington, demensia akibat penyakit pick, dan demensia akibat penyakit creutzfeld jacob.

"Frekuensi demensia yang tertinggi adalah demensia alzheimer, meliputi 50–55 persen dari seluruh demensia," tekan Saunderajen. Namun, beberapa laporan penelitian di Asia, di antaranya Singapura, Jepang, dan India, menunjukkan bahwa frekuensi demensia vaskuler lebih tinggi dari demensia alzheimer. Penyakit alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia yang paling sering ditemukan. faisal chaniago

Ketika Memori Mulai Lemah


Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang cespleng. Setiap orang pasti pernah lupa. Itu merupakan hal normal, apalagi terhadap hal-hal yang jarang dilihat. Apabila seseorang lupa akan nama benda atau orang ada di sekitar kita, itu baru bukan normal. "Di mana benda-benda tersebut selalu dilihat setiap hari, atau bersentuhan, lalu lupa dengan namanya, berarti memorinya mesti dinormalkan kembali," terang S Saunderajen, dokter spesialis saraf Rumah Sakit Meillia Cibubur, Depok, Jawa Barat.

Gangguan memori seseorang akibat demensia alzheimer juga akan memengaruhi keterampilan pekerjaan. Sebagai contoh, lupa meletakkan kunci mobil, lupa mengambil baki uang, lupa nomor telepon, lupa kardus obat yang biasa dimakan, serta lupa mencampurkan gula dalam minuman atau garam dalam masakan.

Tanda lain penyakit yang berhubungan dengan daya ingat ini adalah mudah terjadi perubahan mood dan berperilaku aneh, seperti agresif, cepat marah, dan kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya. Pada tahap lanjut, terjadi perubahan kepribadian, yakni pasien suka berteriak atau menjerit sendiri.

Menurut Saunderajen, gejala penyakit tersebut biasanya hinggap pada pengidap hipertensi berusia 40 tahun ke atas, penderita kencing manis, orang yang kurang suka berolah raga, orang dengan kolesterol tinggi, dan faktor keturunan.

Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang cespleng yang dapat menyembuhkan demensia alzheimer. Obat-obatan yang ada masih bersifat memperlambat progresivitas penyakit. Sementara obat yang sering digunakan tenaga medis salah satunya bernama donepezil, yaitu obat yang diminum secara oral. Donepezil tersedia dalam bentuk tablet oral. Biasanya diminum satu kali sehari sebelum tidur, sebelum atau sesudah makan, dengan dosis rendah pada awalnya, lalu ditingkatkan setelah empat hingga enam minggu.

Oleh karena itu, penderita demensia alzheimer semakin lama akan bergantung pada orang di sekitarnya. Bagi keluarga penderita demensia alzheimer, disarankan sabar untuk merawatnya. Pengertian dan kesabaran dari orang-orang di sekitarnya akan memperlambat perkembangan penyakit. faisal chaniago

Pencegahan


1.Banyak Mengonsumsi Sayur dan Buah Segar
Hal ini penting sebab sayur dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat radikal bebas. Pasalnya, radikal bebas dapat merusak sel-sel tubuh.

2.Menjaga Kebugaran Mental
Dengan cara banyak membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan. Tujuannya supaya otak terus menjadi tajam dan tidak tumpul.

3.Gaya Hidup Sehat
Misalnya dengan rutin berolah raga, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi alkohol.

Sumber: Koran Jakarta

Saunders

About the author

Admin
Blog ini merupakan tempat berbagi, alangkah baiknya jika anda ingin mengambil dan berbagi sertakan alamat blog ini juga. Trima Kasih atas perhatiannya.

0 comments:

Template by Clairvo Yance
Copyright © 2012 Dr.Saunderajen,Sps,M.Si.Med and Blogger Themes.